Welcome to Diskominfotik NTB Official Website

(0370) 644264

Berita

KURANGI KESENJANGAN, SAMOTA & SAMOSA DIPERCEPAT

KURANGI KESENJANGAN, SAMOTA & SAMOSA DIPERCEPAT

Program aksi untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antar kawasan di NTB terus diikhtiarkan pemerintahan TGB- Amin. Pemerintah Provinsi NTB memprioritaskan pengembangan potensi kawasan  Teluk Saleh, Moyo dan Tambora (SAMOTA) di Pulau Sumbawa karena kawasan ini  menyimpan potensi lebih dari  Rp. 11 triliun. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, langkah pengembangan gencar dilakukan, dimulai dari kajian potensi, penyusunan roadmap pengembangan hingga pada promosi, percepatan pembangunan infrastruktur, memperkuat branding serta menyiapkan sumber daya manusia.

 

Kini Pemprov NTB bersama seluruh stakeholder lainnya lagi menyusun desain pengembangan potensi kawasan SAKOSA ( Sape, Komodo dan Sangiang) yang merupakan kawasan yang kaya potensi di Wilayah Bima sekaligus terkoneksi dengan Komodo di NTT dan Makasar di Sulsel. Bila Pengembangan SAMOTA dan SAKOSA terwujud dan bersinergi secara optimal maka bukan hanya mengikis masalah kesenjangan dan kemiskinan, melainkan akan menjadi pusat pertumbuhan baru  bagi kawasan  Nusa Tenggara yang memberikan kontribusi bagi kemajuan ekonomi Indonesia. ''Ini merupakan wujud komitmen kami dan  upaya nyata mengurangi kesenjangan pembangunan antara Lombok dengan Sumbawa,'' ungkap Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH., M.Si dalam sebuah seminar SAKOSA, di atas KRI Teluk Mandar, Sabtu (09/04/2017).

 

Di hadapan Bupati Bima dan sejumlah pejabat lingkup Pemprov NTB dan Kabupaten Bima, wagub menyampaikan keyakinannya bahwa tidak lama lagi pembangunan SAMOTA dan SAKOSA akan segera terealisasi. ''Dengan memperbanyak kegiatan, saya yakin orang akan mengenal destinasi ini. Kegiatan itu sebagai sarana untuk promosi,'' jelasnya. Terkait anggaran, Wagub menyampaikan pemprov akan memperjuangannya di pusat, sesuai usulan pemerintah kabupaten/kota. Menurutnya, ini bukan merupakan sesuatu yang mustahil. Dengan menggeser prioritas pembangunan, kesejahteraan masyarakat akan merata.

 

Selanjutnya, kesadaran masyarakat juga menjadi penentu terwujudnya percepatan tersebut. Menurut pria kelahiran sumbawa tersebut, partisipasi masyarakat untuk menjaga keamanan merupakan bagian kesadaran itu. ''Pariwisata itu meperbaiki, memperindah, dan mempercantik. Jadi, saya kira periwisata itu menembus batas bangsa, suku, agama, ras dan golongan. Ini sangat universal,'' jelasnya. Namun, wagub megaskan tidak akan menghilangkan nilai-nilai lokal, budaya, adat istadat dan agama delam membangun pariwisata. Seminar tersebut digagas Dinas Pariwisata Provinsi NTB yang bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Bima. Seminar itu digagas untuk menyosialisasikan Kawasan SAKOSA kepada pemangku kepentingan dan masyarakat luas.

 

 

Biro Humas dan Protokol NTB